“Menghormati Tamu dan Keutamaan Lebih Mengutamakan Tamu”
Hadits Tahlili
Dibuat
oleh : kelompok 13
Aldinda
Wardha Maudy
Guslia laila Murni
Jurusan
Ilmu Agama Islam
Fakultas
Ilmu Sosial
Universitas
Negeri Jakarta
2015
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang
Menghormati
Tamu dan Keutamaan Lebih Mengutamakan Tamu
Anjuran dalam islam untuk
menghormati tamu dan keutamaan lebih mengutamakan tamu sudah tertera dalam
al-qur’an dan hadits. Bagaimana lebih mengutamakan tamu dari pada kepentingan
diri sendiri mendapatkan rasa kagum dari allah dan rasulullah pun mencontohkan
serta memerintahkan sahabat agar dapat mengutamakan tamu. Didalam islam ajaran
dan anjuran untuk memiliki hubungan baik dengan sesama manusia sudah banyak
disebutkan dalam al-qur’an. Bukan saja sikap terpuji terhadap allah tetapi juga
sesama manusia pun dipentingkan dalam islam.
Di dalam hadits sohih muslim
terdapat sabda rasulullah yang dikisahkan bahwa, ada seorang laki-laki menemui
rasulullah untuk bertamu, lalu rasulullah bertanya kepada istri-istri beliau
apakah ada suguhan yang bisa diberikan kepada tamu ini, jawab istri-istri
rasulullah , tidak ada kecuali air. Maka rasulullah menanya kepada para sahabat
“siapa yang ingin menjamu orang ini ?” maka ada seorang laki-laki anshor yang
rela dan menerima kedatangan tamu itu, walaupun sebenarnya didalam rumahnya
hanya terdapat makanan untuk anak-anaknya . karena anjuran menghormati tamu dan
keutamaan lebih mengutamakan tamu sangat memiliki nilai tinggi dan disenangi
allah, maka laki-laki anshor itu bersama dengan istrinya rela untuk membagi
makanan anaknya untuk tamu tersebut dan sikap terhadap memuliakan tamu itu
sangat baik
Maka dari kejadian tersebut
rasulullah memberi kabar bahagia bahwa malam itu allah tertawa atau
terkagum-kagum karena perbuatan kalian berdua . firman allah QS al-hasyr : 9
yang artinya “dan mereka lebih mengutamakan orang lain (muhajirin) dari pada
diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu.
Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka itulah
orang-orang beruntung.” Dapat ditarik kesimpulan bahwa mengutamakan tamu diatas
kepentingan diri sendiri itu mendapat keridhoan dan rasa kagum dari allah
walaupun diri kita sendiri dalam keadaan membutuhkan maka beruntunglah
orang-orang seperti itu.
Bab II
Pembahasan
حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرُ
بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ عَنْ فُضَيْلِ بْنِ غَزْوَانَ عَنْ أَبِي
حَازِمٍ الْأَشْجَعِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي مَجْهُودٌ فَأَرْسَلَ
إِلَى بَعْضِ نِسَائِهِ فَقَالَتْ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا عِنْدِي
إِلَّا مَاءٌ ثُمَّ أَرْسَلَ إِلَى أُخْرَى فَقَالَتْ مِثْلَ ذَلِكَ حَتَّى قُلْنَ
كُلُّهُنَّ مِثْلَ ذَلِكَ لَا وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا عِنْدِي إِلَّا
مَاءٌ فَقَالَ مَنْ يُضِيفُ هَذَا اللَّيْلَةَ رَحِمَهُ اللَّهُ فَقَامَ رَجُلٌ
مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالَ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَانْطَلَقَ بِهِ إِلَى
رَحْلِهِ فَقَالَ لِامْرَأَتِهِ هَلْ عِنْدَكِ شَيْءٌ قَالَتْ لَا إِلَّا قُوتُ
صِبْيَانِي قَالَ فَعَلِّلِيهِمْ بِشَيْءٍ فَإِذَا دَخَلَ ضَيْفُنَا فَأَطْفِئْ
السِّرَاجَ وَأَرِيهِ أَنَّا نَأْكُلُ فَإِذَا أَهْوَى لِيَأْكُلَ فَقُومِي إِلَى
السِّرَاجِ حَتَّى تُطْفِئِيهِ قَالَ فَقَعَدُوا وَأَكَلَ الضَّيْفُ فَلَمَّا
أَصْبَحَ غَدَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ قَدْ
عَجِبَ اللَّهُ مِنْ صَنِيعِكُمَا بِضَيْفِكُمَا اللَّيْلَةَ
Arti
Hadits:
Telah menceritakan kepadaku Zuhair
bin Harb, Telah menceritakan kepada kami Jarir bin Abdul Hamid dari Fudhail bin
Ghazawan dari Abu Hazim Al Asyja'i dari Abu Hurairah dia berkata; "Seorang
laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu dia
berkata: 'Aku berada dalam kesulitan (susah hidup dan lapar).' Maka beliau bawa
orang itu ke rumah sebagian istri-istri beliau, menanyakan kalau-kalau mereka
memiliki makanan. Para isteri beliau menjawab; 'Demi Allah yang mengutus Anda
dengan kebenaran, Aku tidak sedia apa-apa selain air.' Begitulah jawaban mereka
masing-masing hingga seluruh istri beliau mengatakan dengan jawaban yang sama.
Lalu beliau bersabda kepada para sahabat: 'Siapa bersedia menjamu tamu malam
ini niscaya dia diberi rahmat oleh Allah Ta'ala.' Maka berdirilah seorang
laki-laki Anshar seraya berkata; 'Aku, ya Rasulullah! ' kemudian dibawalah
orang itu ke rumahnya. Dia bertanya kepada isterinya; 'Adakah engkau sedia
makanan? ' Jawab isterinya; 'Tidak ada, kecuali makanan anak-anak.' Katanya;
'Alihkan perhatian mereka dengan apa saja. Dan bila tamu kita telah datang,
matikanlah lampu dan tunjukkan kepadanya bahwa kita seolah-olah ikut makan
bersamanya. Caranya bila dia telah mulai makan, berdirilah ke dekat lampu lalu
padamkan. Maka duduklah mereka, dan sang tamu pun makan. Setelah Subuh, sahabat
tersebut bertemu dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu kata beliau:
'Sungguh Allah kagum dengan cara kamu berdua melayani tamu kalian tadi malam'.
JALUR
SANAD
· Abdur Rahman bin Shakhr
· Salman maula 'Izzah
· Fudloil bin Ghazwan bin Jarir
· Jarir bin 'Abdul Hamid bin Qarth
· Zuhair bin Harb bin Syaddad
Bab III Penutup
Kesimpulan :
Hadis ini merupakan hadis
sohih mauquf karena dilihat dari jalur sanad yang terputus disahabat dan
komentar para ulama terhadap perawi yang menjadikan hadis tersebut sohih.
Dari segi isi dapat
disimpulkan bahwa memuliakan tamu sangat dianjurkan dalam islam dan bahkan lebih
mengutamakan tamu dari pada kepentingan diri sendiri. Didalam hadis yang kami
bahas menceritakan tentang laki-laki anshor yang menyambut baik tamu yang
datang kepada rasulullah . Walaupun dirumahnya hanya memiliki sedikit makanan
untuk anak-anaknya, namun sahabat dan istrinya itu memiliki siasat agar tetap
dapat terlihat baik dan menyenangkan tamu mereka . Apa yang mereka lakukan
sungguh membuat Allah kagum terhadap perilaku mereka melayani tamu.
Daftar Pusaka
Lampiran
BIOGRAFI PERAWI
· Nama Lengkap : Abdur Rahman bin Shakhr
Kalangan
: Shahabat
Kuniyah
: Abu Hurairah
Negeri
semasa hidup : Madinah
Wafat
: 57 H
Ulama
|
Komentar
|
Ibnu
Hajar al 'Asqalani
|
Sahabat
|
· Nama Lengkap : "Salman,maula
'Izzah“
Kalangan
: Tabi'in kalangan pertengahan
Kuniyah
: Abu Hazom
Negeri
semasa hidup : Kufah
Wafat
: 101 H
Ulama
|
Komentar
|
Ahmad
bin Hambal
|
Tsiqah
|
Abu
Dawud As Sajastani
|
Tsiqah
|
Yahya
bin Ma'in
|
Tsiqah
|
Muhammad
bin Sa'd
|
Tsiqah
|
Al
'Ajli
|
Tsiqah
|
· Nama Lengkap : Fudloil bin Ghazwan bin Jarir
Kalangan
: Tabi'ut Tabi'in kalangan tua
Kuniyah
: Abu Al Fadlol
Negeri
semasa hidup : Kufah
Wafat
:
Ulama
|
Komentar
|
Yahya
bin Ma'in
|
Tsiqah
|
Ibnu
Hibban
|
disebutkan
dalam 'ats tsiqaat
|
Ibnu
Hajar al 'Asqalani
|
Tsiqah
|
· Nama Lengkap : Jarir bin 'Abdul Hamid
bin Qarth
Kalangan
: Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan
Kuniyah
: Abu 'Abdullah
Negeri
semasa hidup : Kufah
Wafat
: 188 H
Ulama
|
Komentar
|
Abu
Hatim Ar Rozy
|
Tsiqah
|
An
Nasa'i
|
Tsiqah
|
Muhammad
bin Sa'd
|
Tsiqah
|
· Nama Lengkap : Zuhair bin Harb bin
Syaddad
Kalangan
: Tabi'ul Atba' kalangan tua
Kuniyah
: Abu Khaitsamah
Negeri
semasa hidup : Baghdad
Wafat
: 234 H
Ulama
|
Komentar
|
Yahya
bin Ma'in
|
Tsiqah
|
An
Nasa'i
|
tsiqah
ma`mun
|
Ibnu
Wadldlah
|
Tsiqah
|
Ibnu
Hajar al 'Asqalani
|
Tsiqah
Tsabat
|
Abu
Hatim
|
Shaduuq
|
Ibnu
Hibban
|
disebutkan
dalam 'ats tsiqaat
|
Adz
Dzahabi
|
Alhafidz
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar