Minggu, 14 Juni 2015

Larangan Menyebarkan Semua Informasi yang Didengar



                  SUKOCO DAN PUTRA SURYA MANDALA
1.PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Informasi atau berita merupakan salah satu kebutuhan masyarakat pada saat ini, dimana informasi dapat dijadikan sebuah ilmu.Dengan mudahnya informasi didapat melalui media cetak, media elektronik dan media visual.Kita dituntut teliti menanggapi sebuah berita tersebut,karena tidak semua informasi disampaikan benar adanya dan kita tidak tau informasi tersebut mengalami penambahan atau pengurangan dari apa yang sebenarnya terjadi.
Melalui hadist ini dapat dijadikan landasan dalam menyikapi informasi atau berita yang beredar.Terkadang sebuah informasi hanya mencari sensasi belaka tanpa mengindahkan fakta yang ada.Dengan demikian diperlukan kehati-hatian dalam menyampaikan atau mendengar setiap berita atau informasi sebelum dilakukan penelitian terhadap kebenarannya.Terkadang ada kalanya sebuah berita benar adanya dan ada kalanya dusta apabila seorang memyampaikan setiap berita yang didengar,maka dia akan dianggap berdusta jika memang sumber berita yang diperoleh ternyata tidak benar.
Pada akhirnya hadist diatas mempunyai makna larangan untuk menyampaikan sesuatuyang munkar yang bias menyebabkan pembicaraannya dan pendengar dianggap sebagai orang yang buruk.Dan apabila kita mendapat informasi atau berita telitilah terlebih dahulu mengenai kebenarannya,agar kita tidak digolongkan sebagai orang yang pendusta.

TUJUAN :
1.Menyelesaikan tugas yang diberikan untuk mata kuliah hadits tahlili.
2.Memberikan wawasan dan pengetahuan tambahan mengenai hadits yang kami sajikan kepada pembaca.
2.ISI
-HADITS UTAMA PLUS ARTI:
و حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ قَاا حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَnلَّمَ كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ ذَلِكَ
Hadits muslim no: 6
(MUSLIM - 6) : Dan telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Mu'adz al Anbari telah menceritakan kepada kami Bapakku (dalam riwayat lain disebutkan), Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Khubaib bin Abdurrahman dari Hafsh bin Ashim dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Cukuplah seseorang (dianggap) berbohong apabila dia menceritakan semua yang dia dengarkan." Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Ali bin Hafsh telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Khubaib bin Abdurrahman dari Hafsh bin 'Ashim dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan seperti hadits tersebut."
-HADITS PENGUAT PLUS ARTI:
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَفْصٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ قَالَ ابْنُ حُسَيْنٍ فِي حَدِيثِهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ قَالَ أَبُو دَاوُد وَلَمْ يَذْكُرْ حَفْصٌ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ أَبُو دَاوُد وَلَمْ يُسْنِدْهُ إِلَّا هَذَا الشَّيْخُ يَعْنِي عَلِيَّ بْنَ حَفْصٍ الْمَدَائِنِيَّ

Hadits abu daud no: 4340
Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Husain berkata, telah menceritakan kepada kami Ali bin Hafsh ia berkata; telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Khubaib bin 'Abdurrahman dari Hafsh bin Ashim -Husain berkata dalam haditsnya- dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Cukuplah seseorang mendapatkan dosa, jika menceritakan setiap apa saja yang ia dengar." Abu Dawud berkata, "Hafsh tidak menyebutkan nama Abu Hurairah." Abu Dawud berkata, "Dan ia juga tidak menyandarkannya kecuali kepada Syaikh ini, yaitu Ali bin Hafsh Al Mada`ini."
-JALUR SANAD:
1.Hafsh bin 'Ashim bin 'Umar bin Al Khaththab
Nama Lengkap : Hafsh bin 'Ashim bin 'Umar bin Al Khaththab
Kalangan : Tabi'in kalangan pertengahan
Kuniyah :
Negeri semasa hidup : Madinah
Wafat :                                    ULAMA         KOMENTAR
                           An Nasa'i     Tsiqah
                           Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat
                 Ibnu Hajar al 'Asqalani      Tsiqah
                           Adz Dzahabi            Tsiqah
2.Khubaib bin 'Abdur Rahman
Nama Lengkap : Khubaib bin 'Abdur Rahman
Kalangan : Tabi'in kalangan biasa
Kuniyah : Abu Al Harits
Negeri semasa hidup : Madinah
Wafat : 132 H                         ULAMA         KOMENTAR

                            Yahya bin Ma'in      Tsiqah
                                An Nasa'i            Tsiqah
                               Abu Hatim           shalihul hadits
                             Ibnu Hibban           disebutkan dalam 'ats tsiqaat
                       Ibnu Hajar al 'Asqalani            Tsiqah
3.Syu'bah bin Al Hajjaj bin Al Warad
Nama Lengkap : Syu'bah bin Al Hajjaj bin Al Warad
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan tua
Kuniyah : Abu Bistham
Negeri semasa hidup : Bashrah
Wafat : 160 H                         ULAMA         KOMENTAR
                                   Al 'Ajli tsiqah tsabat
                                Ibnu Sa'd tsiqah ma`mun
                               Abu Daud            tidak ada seorangpun yang lebih baik    haditsnya dari padanya
                                Ats Tsauri            amirul mukminin fil hadits
                       Ibnu Hajar Al Atsqalani           tsiqoh hafidz
                            Adz Dzahabi           tsabat hujjah
4.Mu'adz bin Mu'adz bin Nashr bin Hassan
Nama Lengkap : Mu'adz bin Mu'adz bin Nashr bin Hassan
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan
Kuniyah : Abu Al Mutsannaa
Negeri semasa hidup : Bashrah
Wafat : 196 H                         ULAMA         KOMENTAR
                      Ahmad bin Hambal       qurratul 'ain fil hadits
                         Yahya bin Ma'in         Tsiqah
                               Abu Hatim           Tsiqah
                                An Nasa'i            tsiqah tsabat
                             Ibnu Hibban           disebutkan dalam 'ats tsiqaat
                     Ibnu Hajar al 'Asqalani  tsiqah mutqin

5.Ubaidullah bin Mu'adz bin Mu'adz
Nama Lengkap : Ubaidullah bin Mu'adz bin Mu'adz
Kalangan : Tabi'ul Atba' kalangan tua
Kuniyah : Abu 'Amru
Negeri semasa hidup : Bashrah
Wafat : 237 H                         ULAMA         KOMENTAR
                                 Abu Hatim         tsiqah
                                 Ibnu Hajar          tsiqah hafid
                                 Ibnu Hibban       disebutkan dalam 'ats tsiqaa
-PEMBAHASAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar desas-desus yang tidak jelas asal-usulnya.Kadang dari suatu peristiwa kecil, tetapi dalam pemberitaannya, peristiwa itu begitu besar atau sebaliknya.Terkadang juga berita itu menyangkut kehormatan seorang muslim.Bahkan tidak jarang, sebuah rumah tangga menjadi retak, hanya karena sebuah berita yang belum tentu benar.Bagaimanakah sikap kita terhadap berita yang bersumber dari orang yang belum kita ketahui kejujurannya?

Dalam naskah berikut ini, penulis menjelaskan kepada kita, bagaimana seharusnya sikap seorang muslim terhadap berita-berita yang belum jelas kebenarannya itu.

Allah berfirman,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu".[Al Hujurat : 6].

Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman berjalan mengikut desas-desus. Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada mereka.Tidak semua berita yang dicuplikkan itu benar, dan juga tidak semua berita yang terucapkan itu sesuai dengan fakta. (Ingatlah, pent.), musuh-musuh kalian senantiasa mencari kesempatan untuk menguasai kalian.Maka wajib atas kalian untuk selalu waspada, hingga kalian bisa mengetahui orang yang hendak menebarkan berita yang tidak benar.

Allah berfirman,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti"

Maksudnya, janganlah kalian menerima (begitu saja) berita dari orang fasik, sampai kalian mengadakan pemeriksaan,penelitian dan mendapatkan bukti kebenaran berita itu.

(Dalam ayat ini) Allah memberitahukan, bahwa orang-orang fasik itu pada dasarnya (jika berbicara) dia dusta, akan tetapi kadang ia juga benar. Karenanya, berita yang disampaikan tidak boleh diterima dan juga tidak ditolak begitu saja, kecuali setelah diteliti.Jika benar sesuai dengan bukti,maka diterima dan jika tidak, maka ditolak.

Kemudian Allah menyebutkan illat (sebab) perintah untuk meneliti dan larangan mengikuti berita-berita tersebut.

Allah berfirman.

أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ

"Agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya".

Kemudian nampak bagi kamu kesalahanmu dan kebersihan mereka.

فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

"Yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu" [Al Hujurat : 6]

Terutama jika berita tersebut bisa menyebabkan punggungmu terkena cambuk. Misalnya, jika masalah yang kalian bicarakan bisa mengkibatkan hukum had, seperti qadzaf (menuduh) dan yang sejenisnya.

Sungguh, betapa semua kaum muslimin memerlukan ayat ini, untuk mereka baca, renungi, lalu beradab dengan adab yang ada padanya.Betapa banyak fitnah yang terjadi akibat berita bohong yang disebarkan orang fasiq yang jahat! Betapa banyak darah yang tertumpah, jiwa yang terbunuh, harta yang terampas, kehormatan yang terkoyakkan, akibat berita yang tidak benar!Berita yang dibuat oleh para musuh Islam dan musuh umat ini. Dengan berita itu, mereka hendak menghancurkan persatuan umat ini, mencabik-cabiknya dan mengobarkan api permusuhan diantara umat Islam.

Betapa banyak dua saudara berpisah disebabkan berita bohong! Betapa banyak suami-istri berpisah karena berita yang tidak benar! Betapa banyak kabilah-kabilah, dan kelompok-kelompok saling memerangi, karena terpicu berita bohong!

Allah Azza wa Jalla Yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui, telah meletakkan satu kaidah bagi umat ini untuk memelihara mereka dari perpecahan, dan membentengi mereka dari pertikaian, juga untuk memelihara mereka dari api fitnah.

Akan tetapi sangat disayangkan,tidak ada satu pun masyarakat muslim yang bebas dari orang-orang munafiq yang memendam kedengkian. Mereka tidak senang melihat kaum muslimin menjadi masyarakat yang bersatu dan bersaudara, dimana orang yang paling rendah diantara mereka dijamin bisa berusaha dengan aman, dan apabila orang akar rumput itu mengeluh, maka orang yang di tampuk kepemimpinan juga akan mengeluh.

Wajib atas kaum muslimin untuk waspada dan mewaspadai musuh-musuh mereka.Dan hendaklah kaum muslimin mengetahui, bahwa para musuh mereka tidak pernah tidur (tidak pernah berhenti) membuat rencana dan tipu daya terhadap kaum muslimin.Maka wajiblah atas mereka untuk senantiasa waspada, sehingga bisa mengetahui sumber kebencian, dan bagaimana rasa saling bermusuhan dikobarkan oleh para musuh.

Sesungguhnya keberadaan orang-orang munafiq di tengah kaum muslimin dapat menimbulkan bahaya yang sangat besar.Akan tetapi yang lebih berbahaya, ialah keberadaan orang-orang mukmin berhati baik yang selalu menerima berita yang dibawakan orang-orang munafiq Mereka membuka telinga lebar-lebar mendengarkan semua ucapan orang munafiq, lalu mereka berkata dan bertindak sesuai berita itu.Mereka tidak peduli dengan bencana yang ditimpakan kepada kaum muslimin akibat mengekor orang munafiq.

Al Qur’an telah mencatatkan buat kita satu bencana yang pernah menimpa kaum muslimin, akibat dari sebagian kaum muslimin yang mengekor kepada orang-orang munafiq yang dengki,sehingga bisa mengambil pelajaran dari pengalaman orang-orang sebelum kita.

Kalau kalian mau, bacalah Surat An Nur dan renungilah ayat-ayat penuh barakah yang Allah ucapkan tentang kebersihan Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma dari tuduhan kaum munafiq.Kemudian sebagian kaum muslimin yang jujur ikut-ikutan menuduh tanpa meneliti bukti-buktinya.







Allah berfirman.

إِنَّ الَّذِينَ جَآءُوا بِاْلإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ لاَتَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُم مَّااكْتَسَبَ مِنَ اْلإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ

"Sesungguhnya orang-orang yang membawa ifki adalah dari golongan kamu juga.Janganlah kamu kira berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu.Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya, dan barangsiapa diantara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya adzab yang besar". [An Nur : 11].

Ifki maksudnya ialah berita bohong.Dan ini merupakan kebohongan yang paling jelek

لاَتَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ

"Janganlah kamu kira berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu".[An Nur : 11].

Tidak semua perkara-perkara itu bisa dinilai hanya dengan zhahirnya saja.Karena terkadang kebaikan atau nikmat itu datang dalam satu bentuk yang kelihatannya menyusahkan.Diantara kebaikan (yang dijanjikan Allah buat keluarga Abu Bakar), ialah Allah menyebut mereka di malail a’la.Dan Allah menurunkan beberapa ayat yang bisa dibaca mengenai keadaan kalian (keluarga Abu Bakar Radhiyallahu 'anhu)

Dengan turunnya ayat ini, maka hilanglah mendung dan tersingkaplah kegelapan itu.Lenyap sudah gunung kepedihan yang bertengger dalam kalbu Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha, suaminya, yaitu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan bapaknya. Sebagaimana juga hilangnya kepedihan sang penuduh, yaitu seorang shahabat yang jujur Shafwan bin Mu’atthil.

Kemudian ayat selanjutnya mengajarkan kepada kaum mukminin,bagaimana menyikapi berita.

Allah berfirman.

لَّوْلآ إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُوْمِنَاتُ بِأَنفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَذَآ إِفْكٌ مُّبِينٌ

"Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu, orang-orang mu'minin dan mu'minat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan(mengapa tidak) berkata:"Ini adalah suatu berita bohong yang nyata."[An Nur : 12].


Wahai kaum msulimin, inilah langkah pertama yang harus engkau lakukan, jika ada berita buruk tentang saudaramu,yaitu berhusnuhan (berperasangka baik) kepada dirimu. Jika engkau sudah husnuzhan kepada dirimu, maka selanjutnya kamu wajib husnuzhan kepada saudaramu dan (meyakini) kebersihannya dari cela yang disampaikan.Dan engkau katakan,

سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ

"Maha Suci Engkau (Allah) , ini merupakan kedustaan yang besar". [An Nur : 16].

Inilah yang dilakukan oleh sebagian shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika sampai berita kepada mereka tentang Ummul Mukminin.

Diceritakan dari Abu Ayyub, bahwa istrinya berkata,“Wahai Abu Ayyub, tidakkah engkau dengar apa yang dikatakan banyak orang tentang Aisyah?” Abu Ayyub menjawab,“Ya. Itu adalah berita bohong. Apakah engkau melakukan perbuatan itu (zina), hai Ummu Ayyub? Ummu Ayyub menjawab,“Tidak. Demi Allah, saya tidak melakukan perbuatan itu.” Abu Ayyub berkata,“Demi Allah, A’isyah itu lebih baik dibanding kamu.”

Kemudian Allah berfirman.

لَّوْلاَ جَآءُوعَلَيْهِ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَآءَ فَإِذْ لَمْ يَأْتُوا بِالشُّهَدَآءِ فَأُوْلَئِكَ عِندَ اللهِ هُمُ الْكَاذِبُونَ

"Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu. Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi, maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta". [An Nur : 13].

Inilah langkah yang kedua, jika ada berita tentang saudaranya. Langkah pertama, mencari dalil yang bersifat bathin, maksudnya berhusnuzhan kepada saudaranya. Langkah kedua mencari bukti nyata.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti".[Al Hujurat : 6].

Maksudnya mintalah bukti kebenaran suatu berita dari si pembawa berita.Jika ia bisa mendatangkan buktinya, maka terimalah. Jika ia tidak bisa membuktikan, maka tolaklah berita itu di depannya; karena ia seorang pendusta. Dan cegahlah masyarakat agar tidak menyampaikan berita bohong yang tidak ada dasarnya sama sekali. Dengan demikian, berita itu akan mati dan terkubur di dalam dada pembawanya ketika kehilangan orang-orang yang mau mengambil dan menerimanya.

Seperti inilah Al Qur’an mendidik umatnya.Namun sangat disayangkan, banyak kaum muslimin yang tidak konsisten dengan pendidikan ini.Sehingga jika ada seorang munafik yang menyebarkan berita bohong,maka berita itu akan segera tersebar di masyarakat dan diucapkan oleh banyak lidah, tanpa mengecek dan meniliti kebenarannya.Dalam hal ini Allah berfirman.

إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُم ٌ

"(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut".[An Nur : 15].

Pada dasarnya ucapan itu diterima dengan telinga, bukan dengan lisan.Akan tetapi Allah ungkapkan tentang cepatnya berita itu tersebar di tengah masyarakat. Seakan-akan kata-kata itu keluar dari mulut ke mulut tanpa melalui telinga, dilanjutkan ke hati yang memikirkan apa yang didengar, selanjutnya memutuskan boleh atau tidak berita itu disebar luaskan.

وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُم مَّالَيْسَ لَكُم بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِندَ اللهِ عَظِيمٌ

"Kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.Padahal dia pada sisi Allah adalah besar".[An Nur : 15].

Allah mendidik kaum mukminin dengan adab ini.Mengajarkan kepada mereka cara menghadapi berita serta cara memberantasnya, sehingga tidak tersebar di masyarakat.Setelah itu Allah mengingatkan kaum mukminin, agar tidak membicarakan sesuatu yang tidak mereka diketahui.Allah juga mengingatkan mereka,agar tidak mengekor kepada para pendusta penebar berita bohong.

Allah berfirman.

يَعِظُكُمُ اللهُ أَن تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

"Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman".[An Nur : 17].

Kemudian Allah menjelaskan,mengekor kepada para pendusta memiliki arti mengikuti langkah-langkah syetan.Allah berfirman.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَن يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَازَكَى مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللهَ يُزَكِّي مَن يَشَآءُ وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمُُ

"Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan.Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syetan,maka sesungguhnya
syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar". [An Nur : 21].

Dalam ayat selanjutnya Allah menerangkan, lisan dan semua anggota badan lainnya akan memberikan kesaksian atas seorang hamba pada hari kiamat.

Allah berfirman.

إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاَتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ . يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ . يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ

"Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka adzab yang besar, pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.Pada hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka, bahwa Allah-lah Yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya)".[An Nur 23-25].

Wahai para penebar desas-desus!Wahai para pembuat kedustaan! Hai orang yang tidak senang melihat orang mukmin saling mencintai sehingga dipisahkan! Hai orang yang tidak suka melihat kaum mukmin aman! Hai para pencari aib orang yang baik! Tahanlah lidahmu, karena sesungguhnya kamu akan diminta pertanggungjawaban kata-kata yang engkau ucapkan.

Allah berfirman.

مَّايَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan,melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir".[Qaf : 18].

Tahanlah lidahmu! Jauhilah perbuatan bohong dan janganlah menebarkan desas-desus! Janganlah menuduh kaum muslimin tanpa bukti, dan janganlah berburuk sangka kepada mereka!Seakan-akan aku dengan engkau, wahai saudaraku, berada pada hari kiamat; hari kerugian dan hari penyesalan. Sementara para seterumu merebutmu.Yang ini mengatakan “engkau telah menzhalimiku”, yang lain mengatakan “engkau telah menfitnahku”, yang lain lagi mengatakan, “engkau telah melecehkanku”, yang lain mengatakan “engkau telah menggunjingku”.Sementara engkau tidak mampu menghadapi mereka.Engkau mengharap kepada Rabb-mu agar menyelamatkanmu dari mereka, namun tiba-tiba engkau mendengar.



الْيَوْمَ تُجْزَي كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لاَظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

"Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya.Tidak ada yang dirugikan pada hari ini.Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya".[Al Mukmin : 17].

Lalu engkau menjadi yakin dengan neraka Engkau ingat firman Allah.

وَلاَتَحْسَبَنَّ اللهَ غَافِلاً عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ اْلأَبْصَارُ

"Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang dzalim.Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak" [Ibrahim : 42].

Kita berlindung kepada Allah dari kehinaan.Dan semoga Allah memberikan taufik dan hidayahNya.


PENUTUP
Imam Nawawi mengatakan sesungguhnya diantara kebiasaan adalah mendengarkan suatu kebenaran dan kebohongan,apabila seseorang membicarakan setiap yang didengarnya maka sungguh ia adalah pendusta karena menginformasikan sesuatu yang belum terjadi.Dan kebohongan adalah menginfirmasikan tentang sesuatu yang bertentangan dengan yang sebenarnya dan tidak ada persyaratan didalamnya harus dengan sengaja.”
Dan dari al Mugiroh dari Syu’ah berkata,”Nabi saw bersabda,’Sesungguhnya Allah swt telah mengharamkan durhaka terhadap ibu, mengubur bayi perempuan (hidup-hidup), melarang dari meminta sesuatu yang bukan haknya’ dan beliau saw tidak menyukai kalian mengatakan ‘katanya, banyak bertanya dan menghambur-hamburkan harta.” (HR. Bukhori)
Ibnu Hajar menyebutkan pendapat al Muhib ath Thabari tentang makna dari “tidak menyukai kalian mengatakan,’katanya.”Bahwa makna hadits ini mengandung tiga hal :
1.Isyarat akan makruhnya banyak berbicara dikarenakan hal itu membawanya kepada kesalahan.
2.Maksudnya adalah menceritakan dan mencari-cari omongan-omongan orang untuk kemudian dia informasikan,seperti seorang yang mengatakan,”Si A telah mengatakan ini dan ada yang mengatakan dia mengatakan itu.”Larangan di sini bisa berupa teguran dari memperbanyak perbuatan itu atau bisa pula untuk sesuatu tertentu darinya,yaitu ketidaksukaan orang yang diceritakannya.
3.Adapun menceritakan perbedaan didalam permasalahan agama, seperti perkataan,”Si A telah berkata begini, si B telah berkata begitu.” dan yang menjadikannya makruh adalah memperbanyak hal itu.Karena tidaklah aman sesuatu yang terlalu banyak dari suatu kesalahan.Dan ini terhadap orang tertentu yang menginformasikan berita itu tanpa diteliti terlebih dahulu akan tetapi orang itu hanya bersikap taqlid (mengikuti) orang yang didengarnya tanpa adanya kehati-hatian,hal ini dipertegas dengan hadits,”Cukuplah seseorang disebut pembohong apabila menceritakan setiap yang didengarnya.”(HR. Muslim)
Dengan demikian diperlukan kehati-hatian didalam menyampaikan berita atau informasi dari setiap yang didengarnya kepada orang lain sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu akan kebenaran dari berita tersebut.
Informasi yang disampaikan sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu akan menjadikan informasi yang disampaikannya itu mengalami penambahan ataupun pengurangan dari apa yang sebenarnya dia dengar dari sumbernya, dan ini termasuk didalam kebohongan karena dia telah menyampaikan sesuatu yang berbeda dari hakekatnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar