SUKOCO DAN PUTRA SURYA
MANDALA
1.PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Informasi atau berita
merupakan salah satu kebutuhan masyarakat pada saat ini, dimana informasi dapat
dijadikan sebuah ilmu.Dengan mudahnya informasi didapat melalui media cetak,
media elektronik dan media visual.Kita dituntut teliti menanggapi sebuah berita
tersebut,karena tidak semua informasi disampaikan benar adanya dan kita tidak
tau informasi tersebut mengalami penambahan atau pengurangan dari apa yang
sebenarnya terjadi.
Melalui hadist ini
dapat dijadikan landasan dalam menyikapi informasi atau berita yang beredar.Terkadang
sebuah informasi hanya mencari sensasi belaka tanpa mengindahkan fakta yang
ada.Dengan demikian diperlukan kehati-hatian dalam menyampaikan atau mendengar
setiap berita atau informasi sebelum dilakukan penelitian terhadap
kebenarannya.Terkadang ada kalanya sebuah berita benar adanya dan ada kalanya
dusta apabila seorang memyampaikan setiap berita yang didengar,maka dia akan
dianggap berdusta jika memang sumber berita yang diperoleh ternyata tidak
benar.
Pada akhirnya hadist
diatas mempunyai makna larangan untuk menyampaikan sesuatuyang munkar yang bias
menyebabkan pembicaraannya dan pendengar dianggap sebagai orang yang buruk.Dan
apabila kita mendapat informasi atau berita telitilah terlebih dahulu mengenai
kebenarannya,agar kita tidak digolongkan sebagai orang yang pendusta.
TUJUAN
:
1.Menyelesaikan tugas
yang diberikan untuk mata kuliah hadits tahlili.
2.Memberikan wawasan
dan pengetahuan tambahan mengenai hadits yang kami sajikan kepada pembaca.
2.ISI
-HADITS
UTAMA PLUS ARTI:
و
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي ح و
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ
مَهْدِيٍّ قَاا حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ
حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ قَالَ
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَnلَّمَ كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا
أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
و
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَفْصٍ
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ بْنِ
عَاصِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِمِثْلِ ذَلِكَ
Hadits muslim no: 6
(MUSLIM - 6) : Dan telah menceritakan kepada kami
Ubaidullah bin Mu'adz al Anbari telah menceritakan kepada kami Bapakku (dalam
riwayat lain disebutkan), Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al
Mutsanna telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi keduanya berkata,
telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Khubaib bin Abdurrahman dari Hafsh
bin Ashim dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Cukuplah seseorang (dianggap) berbohong apabila dia menceritakan semua yang
dia dengarkan." Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah
telah menceritakan kepada kami Ali bin Hafsh telah menceritakan kepada kami
Syu'bah dari Khubaib bin Abdurrahman dari Hafsh bin 'Ashim dari Abu Hurairah
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan seperti hadits tersebut."
-HADITS
PENGUAT PLUS ARTI:
حَدَّثَنَا
حَفْصُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
الْحُسَيْنِ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَفْصٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ
خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ قَالَ ابْنُ حُسَيْنٍ
فِي حَدِيثِهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
قَالَ أَبُو دَاوُد وَلَمْ يَذْكُرْ حَفْصٌ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ أَبُو دَاوُد
وَلَمْ يُسْنِدْهُ إِلَّا هَذَا الشَّيْخُ يَعْنِي عَلِيَّ بْنَ حَفْصٍ
الْمَدَائِنِيَّ
Hadits abu daud no: 4340
Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar
berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah. (dalam jalur lain disebutkan)
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Husain berkata, telah
menceritakan kepada kami Ali bin Hafsh ia berkata; telah menceritakan kepada
kami Syu'bah dari Khubaib bin 'Abdurrahman dari Hafsh bin Ashim -Husain berkata
dalam haditsnya- dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Cukuplah seseorang mendapatkan dosa, jika menceritakan setiap
apa saja yang ia dengar." Abu Dawud berkata, "Hafsh tidak menyebutkan
nama Abu Hurairah." Abu Dawud berkata, "Dan ia juga tidak
menyandarkannya kecuali kepada Syaikh ini, yaitu Ali bin Hafsh Al
Mada`ini."
-JALUR
SANAD:
1.Hafsh bin 'Ashim bin 'Umar bin Al Khaththab
Nama Lengkap : Hafsh bin 'Ashim bin 'Umar bin Al
Khaththab
Kalangan : Tabi'in kalangan pertengahan
Kuniyah :
Negeri semasa hidup : Madinah
Wafat : ULAMA KOMENTAR
An Nasa'i Tsiqah
Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Ibnu Hajar al 'Asqalani Tsiqah
Adz Dzahabi Tsiqah
2.Khubaib bin 'Abdur Rahman
Nama Lengkap : Khubaib bin 'Abdur Rahman
Kalangan : Tabi'in kalangan biasa
Kuniyah : Abu Al Harits
Negeri semasa hidup : Madinah
Wafat : 132 H ULAMA KOMENTAR
Yahya bin Ma'in Tsiqah
An Nasa'i Tsiqah
Abu Hatim shalihul hadits
Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Ibnu Hajar al 'Asqalani Tsiqah
3.Syu'bah bin Al Hajjaj bin Al Warad
Nama Lengkap : Syu'bah bin Al Hajjaj bin Al Warad
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan tua
Kuniyah : Abu Bistham
Negeri semasa hidup : Bashrah
Wafat : 160 H ULAMA KOMENTAR
Al 'Ajli tsiqah tsabat
Ibnu Sa'd tsiqah ma`mun
Abu Daud tidak ada seorangpun yang lebih
baik haditsnya dari padanya
Ats Tsauri amirul mukminin fil hadits
Ibnu Hajar Al Atsqalani tsiqoh hafidz
Adz Dzahabi tsabat hujjah
4.Mu'adz bin Mu'adz bin Nashr bin Hassan
Nama Lengkap : Mu'adz bin Mu'adz bin Nashr bin
Hassan
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan
Kuniyah : Abu Al Mutsannaa
Negeri semasa hidup : Bashrah
Wafat : 196 H ULAMA KOMENTAR
Ahmad bin Hambal qurratul
'ain fil hadits
Yahya bin Ma'in Tsiqah
Abu Hatim Tsiqah
An Nasa'i tsiqah tsabat
Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Ibnu Hajar al 'Asqalani tsiqah
mutqin
5.Ubaidullah bin Mu'adz bin Mu'adz
Nama Lengkap : Ubaidullah bin Mu'adz bin Mu'adz
Kalangan : Tabi'ul Atba' kalangan tua
Kuniyah : Abu 'Amru
Negeri semasa hidup : Bashrah
Wafat : 237 H ULAMA KOMENTAR
Abu Hatim tsiqah
Ibnu Hajar tsiqah hafid
Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaa
-PEMBAHASAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita
sering mendengar desas-desus yang tidak jelas asal-usulnya.Kadang dari suatu
peristiwa kecil, tetapi dalam pemberitaannya, peristiwa itu begitu besar atau
sebaliknya.Terkadang juga berita itu menyangkut kehormatan seorang muslim.Bahkan
tidak jarang, sebuah rumah tangga menjadi retak, hanya karena sebuah berita
yang belum tentu benar.Bagaimanakah sikap kita terhadap berita yang bersumber
dari orang yang belum kita ketahui kejujurannya?
Dalam naskah berikut ini, penulis
menjelaskan kepada kita, bagaimana seharusnya sikap seorang muslim terhadap
berita-berita yang belum jelas kebenarannya itu.
Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا
قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
"Hai orang-orang yang
beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu
itu".[Al Hujurat : 6].
Dalam ayat ini, Allah melarang
hamba-hambanya yang beriman berjalan mengikut desas-desus. Allah menyuruh kaum
mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada mereka.Tidak semua
berita yang dicuplikkan itu benar, dan juga tidak semua berita yang terucapkan
itu sesuai dengan fakta. (Ingatlah, pent.), musuh-musuh kalian senantiasa
mencari kesempatan untuk menguasai kalian.Maka wajib atas kalian untuk selalu
waspada, hingga kalian bisa mengetahui orang yang hendak menebarkan berita yang
tidak benar.
Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا
"Hai orang-orang yang
beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
dengan teliti"
Maksudnya, janganlah kalian
menerima (begitu saja) berita dari orang fasik, sampai kalian mengadakan
pemeriksaan,penelitian dan mendapatkan bukti kebenaran berita itu.
(Dalam ayat ini) Allah memberitahukan,
bahwa orang-orang fasik itu pada dasarnya (jika berbicara) dia dusta, akan
tetapi kadang ia juga benar. Karenanya, berita yang disampaikan tidak boleh
diterima dan juga tidak ditolak begitu saja, kecuali setelah diteliti.Jika
benar sesuai dengan bukti,maka diterima dan jika tidak, maka ditolak.
Kemudian Allah menyebutkan illat
(sebab) perintah untuk meneliti dan larangan mengikuti berita-berita tersebut.
Allah berfirman.
أَن
تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ
"Agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya".
Kemudian nampak bagi kamu
kesalahanmu dan kebersihan mereka.
فَتُصْبِحُوا
عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
"Yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu" [Al Hujurat : 6]
Terutama jika berita tersebut
bisa menyebabkan punggungmu terkena cambuk. Misalnya, jika masalah yang kalian
bicarakan bisa mengkibatkan hukum had, seperti qadzaf (menuduh) dan yang
sejenisnya.
Sungguh, betapa semua kaum
muslimin memerlukan ayat ini, untuk mereka baca, renungi, lalu beradab dengan
adab yang ada padanya.Betapa banyak fitnah yang terjadi akibat berita bohong
yang disebarkan orang fasiq yang jahat! Betapa banyak darah yang tertumpah,
jiwa yang terbunuh, harta yang terampas, kehormatan yang terkoyakkan, akibat
berita yang tidak benar!Berita yang dibuat oleh para musuh Islam dan musuh umat
ini. Dengan berita itu, mereka hendak menghancurkan persatuan umat ini,
mencabik-cabiknya dan mengobarkan api permusuhan diantara umat Islam.
Betapa banyak dua saudara
berpisah disebabkan berita bohong! Betapa banyak suami-istri berpisah karena
berita yang tidak benar! Betapa banyak kabilah-kabilah, dan kelompok-kelompok
saling memerangi, karena terpicu berita bohong!
Allah Azza wa Jalla Yang Maha
Lembut dan Maha Mengetahui, telah meletakkan satu kaidah bagi umat ini untuk
memelihara mereka dari perpecahan, dan membentengi mereka dari pertikaian, juga
untuk memelihara mereka dari api fitnah.
Akan tetapi sangat disayangkan,tidak
ada satu pun masyarakat muslim yang bebas dari orang-orang munafiq yang
memendam kedengkian. Mereka tidak senang melihat kaum muslimin menjadi
masyarakat yang bersatu dan bersaudara, dimana orang yang paling rendah
diantara mereka dijamin bisa berusaha dengan aman, dan apabila orang akar
rumput itu mengeluh, maka orang yang di tampuk kepemimpinan juga akan mengeluh.
Wajib atas kaum muslimin untuk
waspada dan mewaspadai musuh-musuh mereka.Dan hendaklah kaum muslimin
mengetahui, bahwa para musuh mereka tidak pernah tidur (tidak pernah berhenti)
membuat rencana dan tipu daya terhadap kaum muslimin.Maka wajiblah atas mereka
untuk senantiasa waspada, sehingga bisa mengetahui sumber kebencian, dan
bagaimana rasa saling bermusuhan dikobarkan oleh para musuh.
Sesungguhnya keberadaan
orang-orang munafiq di tengah kaum muslimin dapat menimbulkan bahaya yang
sangat besar.Akan tetapi yang lebih berbahaya, ialah keberadaan orang-orang
mukmin berhati baik yang selalu menerima berita yang dibawakan orang-orang
munafiq Mereka membuka telinga lebar-lebar mendengarkan semua ucapan orang
munafiq, lalu mereka berkata dan bertindak sesuai berita itu.Mereka tidak
peduli dengan bencana yang ditimpakan kepada kaum muslimin akibat mengekor
orang munafiq.
Al Qur’an telah mencatatkan buat
kita satu bencana yang pernah menimpa kaum muslimin, akibat dari sebagian kaum
muslimin yang mengekor kepada orang-orang munafiq yang dengki,sehingga bisa
mengambil pelajaran dari pengalaman orang-orang sebelum kita.
Kalau kalian mau, bacalah Surat
An Nur dan renungilah ayat-ayat penuh barakah yang Allah ucapkan tentang
kebersihan Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma dari tuduhan kaum
munafiq.Kemudian sebagian kaum muslimin yang jujur ikut-ikutan menuduh tanpa
meneliti bukti-buktinya.
Allah berfirman.
إِنَّ
الَّذِينَ جَآءُوا بِاْلإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ لاَتَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم
بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُم مَّااكْتَسَبَ مِنَ اْلإِثْمِ
وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ
"Sesungguhnya orang-orang
yang membawa ifki adalah dari golongan kamu juga.Janganlah kamu kira berita
bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu.Tiap-tiap seseorang
dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya, dan barangsiapa
diantara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita
bohong itu, baginya adzab yang besar". [An Nur : 11].
Ifki maksudnya ialah berita
bohong.Dan ini merupakan kebohongan yang paling jelek
لاَتَحْسَبُوهُ
شَرًّا لَّكُم بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ
"Janganlah kamu kira berita
bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu".[An Nur :
11].
Tidak semua perkara-perkara itu
bisa dinilai hanya dengan zhahirnya saja.Karena terkadang kebaikan atau nikmat
itu datang dalam satu bentuk yang kelihatannya menyusahkan.Diantara kebaikan
(yang dijanjikan Allah buat keluarga Abu Bakar), ialah Allah menyebut mereka di
malail a’la.Dan Allah menurunkan beberapa ayat yang bisa dibaca mengenai
keadaan kalian (keluarga Abu Bakar Radhiyallahu 'anhu)
Dengan turunnya ayat ini, maka
hilanglah mendung dan tersingkaplah kegelapan itu.Lenyap sudah gunung kepedihan
yang bertengger dalam kalbu Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha,
suaminya, yaitu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan bapaknya.
Sebagaimana juga hilangnya kepedihan sang penuduh, yaitu seorang shahabat yang
jujur Shafwan bin Mu’atthil.
Kemudian ayat selanjutnya mengajarkan
kepada kaum mukminin,bagaimana menyikapi berita.
Allah berfirman.
لَّوْلآ
إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُوْمِنَاتُ بِأَنفُسِهِمْ خَيْرًا
وَقَالُوا هَذَآ إِفْكٌ مُّبِينٌ
"Mengapa di waktu kamu
mendengar berita bohong itu, orang-orang mu'minin dan mu'minat tidak bersangka
baik terhadap diri mereka sendiri, dan(mengapa tidak) berkata:"Ini adalah
suatu berita bohong yang nyata."[An Nur : 12].
Wahai kaum msulimin, inilah
langkah pertama yang harus engkau lakukan, jika ada berita buruk tentang
saudaramu,yaitu berhusnuhan (berperasangka baik) kepada dirimu. Jika engkau
sudah husnuzhan kepada dirimu, maka selanjutnya kamu wajib husnuzhan kepada
saudaramu dan (meyakini) kebersihannya dari cela yang disampaikan.Dan engkau
katakan,
سُبْحَانَكَ
هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ
"Maha Suci Engkau (Allah) ,
ini merupakan kedustaan yang besar". [An Nur : 16].
Inilah yang dilakukan oleh
sebagian shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika sampai berita
kepada mereka tentang Ummul Mukminin.
Diceritakan dari Abu Ayyub, bahwa
istrinya berkata,“Wahai Abu Ayyub, tidakkah engkau dengar apa yang dikatakan
banyak orang tentang Aisyah?” Abu Ayyub menjawab,“Ya. Itu adalah berita bohong.
Apakah engkau melakukan perbuatan itu (zina), hai Ummu Ayyub? Ummu Ayyub
menjawab,“Tidak. Demi Allah, saya tidak melakukan perbuatan itu.” Abu Ayyub
berkata,“Demi Allah, A’isyah itu lebih baik dibanding kamu.”
Kemudian Allah berfirman.
لَّوْلاَ
جَآءُوعَلَيْهِ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَآءَ فَإِذْ لَمْ يَأْتُوا بِالشُّهَدَآءِ
فَأُوْلَئِكَ عِندَ اللهِ هُمُ الْكَاذِبُونَ
"Mengapa mereka (yang
menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu. Oleh
karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi, maka mereka itulah pada sisi
Allah orang-orang yang dusta". [An Nur : 13].
Inilah langkah yang kedua, jika
ada berita tentang saudaranya. Langkah pertama, mencari dalil yang bersifat
bathin, maksudnya berhusnuzhan kepada saudaranya. Langkah kedua mencari bukti
nyata.
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا
"Hai orang-orang yang
beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
dengan teliti".[Al Hujurat : 6].
Maksudnya mintalah bukti
kebenaran suatu berita dari si pembawa berita.Jika ia bisa mendatangkan
buktinya, maka terimalah. Jika ia tidak bisa membuktikan, maka tolaklah berita
itu di depannya; karena ia seorang pendusta. Dan cegahlah masyarakat agar tidak
menyampaikan berita bohong yang tidak ada dasarnya sama sekali. Dengan
demikian, berita itu akan mati dan terkubur di dalam dada pembawanya ketika
kehilangan orang-orang yang mau mengambil dan menerimanya.
Seperti inilah Al Qur’an mendidik
umatnya.Namun sangat disayangkan, banyak kaum muslimin yang tidak konsisten
dengan pendidikan ini.Sehingga jika ada seorang munafik yang menyebarkan berita
bohong,maka berita itu akan segera tersebar di masyarakat dan diucapkan oleh
banyak lidah, tanpa mengecek dan meniliti kebenarannya.Dalam hal ini Allah
berfirman.
إِذْ
تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُم ٌ
"(Ingatlah) di waktu kamu
menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut".[An Nur : 15].
Pada dasarnya ucapan itu diterima
dengan telinga, bukan dengan lisan.Akan tetapi Allah ungkapkan tentang cepatnya
berita itu tersebar di tengah masyarakat. Seakan-akan kata-kata itu keluar dari
mulut ke mulut tanpa melalui telinga, dilanjutkan ke hati yang memikirkan apa
yang didengar, selanjutnya memutuskan boleh atau tidak berita itu disebar
luaskan.
وَتَقُولُونَ
بِأَفْوَاهِكُم مَّالَيْسَ لَكُم بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ
عِندَ اللهِ عَظِيمٌ
"Kamu katakan dengan mulutmu
apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang
ringan saja.Padahal dia pada sisi Allah adalah besar".[An Nur : 15].
Allah mendidik kaum mukminin
dengan adab ini.Mengajarkan kepada mereka cara menghadapi berita serta cara
memberantasnya, sehingga tidak tersebar di masyarakat.Setelah itu Allah
mengingatkan kaum mukminin, agar tidak membicarakan sesuatu yang tidak mereka
diketahui.Allah juga mengingatkan mereka,agar tidak mengekor kepada para
pendusta penebar berita bohong.
Allah berfirman.
يَعِظُكُمُ
اللهُ أَن تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
"Allah memperingatkan kamu
agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu
orang-orang yang beriman".[An Nur : 17].
Kemudian Allah menjelaskan,mengekor
kepada para pendusta memiliki arti mengikuti langkah-langkah syetan.Allah berfirman.
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَن يَتَّبِعْ
خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَلَوْلاَ
فَضْلُ اللهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَازَكَى مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًا
وَلَكِنَّ اللهَ يُزَكِّي مَن يَشَآءُ وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمُُ
"Hai orang-orang yang
beriman,janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan.Barangsiapa yang mengikuti
langkah-langkah syetan,maka sesungguhnya
syetan itu menyuruh mengerjakan
perbuatan yang keji dan yang mungkar". [An Nur : 21].
Dalam ayat selanjutnya Allah
menerangkan, lisan dan semua anggota badan lainnya akan memberikan kesaksian
atas seorang hamba pada hari kiamat.
Allah berfirman.
إِنَّ
الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاَتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي
الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ . يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ
أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ .
يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللهَ هُوَ
الْحَقُّ الْمُبِينُ
"Sesungguhnya orang-orang
yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat
zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka adzab yang
besar, pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas
mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.Pada hari itu, Allah akan
memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka,
bahwa Allah-lah Yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesuatu menurut
hakikat yang sebenarnya)".[An Nur 23-25].
Wahai para penebar desas-desus!Wahai
para pembuat kedustaan! Hai orang yang tidak senang melihat orang mukmin saling
mencintai sehingga dipisahkan! Hai orang yang tidak suka melihat kaum mukmin
aman! Hai para pencari aib orang yang baik! Tahanlah lidahmu, karena
sesungguhnya kamu akan diminta pertanggungjawaban kata-kata yang engkau
ucapkan.
Allah berfirman.
مَّايَلْفِظُ
مِن قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
"Tiada suatu ucapanpun yang
diucapkan,melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir".[Qaf
: 18].
Tahanlah lidahmu! Jauhilah
perbuatan bohong dan janganlah menebarkan desas-desus! Janganlah menuduh kaum
muslimin tanpa bukti, dan janganlah berburuk sangka kepada mereka!Seakan-akan
aku dengan engkau, wahai saudaraku, berada pada hari kiamat; hari kerugian dan
hari penyesalan. Sementara para seterumu merebutmu.Yang ini mengatakan “engkau
telah menzhalimiku”, yang lain mengatakan “engkau telah menfitnahku”, yang lain
lagi mengatakan, “engkau telah melecehkanku”, yang lain mengatakan “engkau
telah menggunjingku”.Sementara engkau tidak mampu menghadapi mereka.Engkau
mengharap kepada Rabb-mu agar menyelamatkanmu dari mereka, namun tiba-tiba
engkau mendengar.
الْيَوْمَ
تُجْزَي كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لاَظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللهَ سَرِيعُ
الْحِسَابِ
"Pada hari ini tiap-tiap
jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya.Tidak ada yang dirugikan pada
hari ini.Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya".[Al Mukmin : 17].
Lalu engkau menjadi yakin dengan
neraka Engkau ingat firman Allah.
وَلاَتَحْسَبَنَّ
اللهَ غَافِلاً عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ
تَشْخَصُ فِيهِ اْلأَبْصَارُ
"Dan janganlah sekali-kali
kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh
orang-orang yang dzalim.Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai
hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak" [Ibrahim : 42].
Kita berlindung kepada Allah dari
kehinaan.Dan semoga Allah memberikan taufik dan hidayahNya.
PENUTUP
Imam Nawawi mengatakan sesungguhnya diantara
kebiasaan adalah mendengarkan suatu kebenaran dan kebohongan,apabila seseorang
membicarakan setiap yang didengarnya maka sungguh ia adalah pendusta karena
menginformasikan sesuatu yang belum terjadi.Dan kebohongan adalah
menginfirmasikan tentang sesuatu yang bertentangan dengan yang sebenarnya dan
tidak ada persyaratan didalamnya harus dengan sengaja.”
Dan dari al Mugiroh dari Syu’ah berkata,”Nabi saw
bersabda,’Sesungguhnya Allah swt telah mengharamkan durhaka terhadap ibu,
mengubur bayi perempuan (hidup-hidup), melarang dari meminta sesuatu yang bukan
haknya’ dan beliau saw tidak menyukai kalian mengatakan ‘katanya, banyak
bertanya dan menghambur-hamburkan harta.” (HR. Bukhori)
Ibnu Hajar menyebutkan pendapat al Muhib ath
Thabari tentang makna dari “tidak menyukai kalian mengatakan,’katanya.”Bahwa
makna hadits ini mengandung tiga hal :
1.Isyarat akan makruhnya banyak berbicara
dikarenakan hal itu membawanya kepada kesalahan.
2.Maksudnya adalah menceritakan dan mencari-cari
omongan-omongan orang untuk kemudian dia informasikan,seperti seorang yang
mengatakan,”Si A telah mengatakan ini dan ada yang mengatakan dia mengatakan
itu.”Larangan di sini bisa berupa teguran dari memperbanyak perbuatan itu atau
bisa pula untuk sesuatu tertentu darinya,yaitu ketidaksukaan orang yang
diceritakannya.
3.Adapun menceritakan perbedaan didalam
permasalahan agama, seperti perkataan,”Si A telah berkata begini, si B telah
berkata begitu.” dan yang menjadikannya makruh adalah memperbanyak hal itu.Karena
tidaklah aman sesuatu yang terlalu banyak dari suatu kesalahan.Dan ini terhadap
orang tertentu yang menginformasikan berita itu tanpa diteliti terlebih dahulu
akan tetapi orang itu hanya bersikap taqlid (mengikuti) orang yang didengarnya
tanpa adanya kehati-hatian,hal ini dipertegas dengan hadits,”Cukuplah seseorang
disebut pembohong apabila menceritakan setiap yang didengarnya.”(HR. Muslim)
Dengan demikian diperlukan kehati-hatian didalam
menyampaikan berita atau informasi dari setiap yang didengarnya kepada orang
lain sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu akan kebenaran dari berita
tersebut.
Informasi yang disampaikan sebelum dilakukan
penelitian terlebih dahulu akan menjadikan informasi yang disampaikannya itu
mengalami penambahan ataupun pengurangan dari apa yang sebenarnya dia dengar
dari sumbernya, dan ini termasuk didalam kebohongan karena dia telah
menyampaikan sesuatu yang berbeda dari hakekatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar